Oleh: Saiful Hadi Cuaca panas yang ekstrem menjadi fenomena yang sering kali sulit diatasi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (B...
Oleh: Saiful Hadi
Cuaca panas yang ekstrem menjadi fenomena yang sering kali sulit diatasi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa Banda Aceh menjadi salah satu wilayah yang terpanas di Indonesia dengan suhu mencapai 37,6 derajat Celsius pada 21 Juli 2024. Kondisi ini tentu menimbulkan ketidaknyamanan dan berbagai masalah lingkungan.
Terkait cuaca panas, ada sebuah solusi menarik sebagaimana yang telah diutarakan oleh Imam Hasan Al-Basri. Hal ini dikisahkan dalam Tafsir al-Qurtubi dimana Imam Hasan al-Basri sering sekali memberikan solusi berupa "istighfar" kepada orang-orang yang datang mengadukan masalah mereka.
Dalam kisah itu disebutkan, seorang lelaki mengadu kepada Imam Hasan, bahwa dikampungnya sudah mengalami kemarau panjang. Mata air sudah mulai mengering, rerumputan yang menjadi pakan ternak pun juga sudah menguning, apalagi tanam-tanaman yang lain sudah pada gagal panen. Lalu dijawab oleh sang Imam, Istaghfirillah, ber-istighfarlah kamu kepada Allah, itu solusi untukmu.
Lalu datang orang selanjutnya mengadu kepada beliau. Ia berkata, "duhai Imam, sudah lama kami menikah namun belum juga dianugrahkan keturunan, apa yang harus kami lakukan". Imam Hasan al-Basri pun berkata Istaghfirillah, ber-istighfarlah kamu kepada Allah, itu solusi untukmu.
Dilain kesempatan, ada seorang lelaki yang mengadukan nasibnya kepada Imam Hasan al-Basri, bahwa betapa sempit kehidupannya, setiap waktu bekerja dan berusaha namun tetap saja belum bisa keluar dari jurang kemiskinan. Sang Imam pun mengatakan kepada lelaki tersebut, Istaghfirillah, ber-istighfarlah kamu kepada Allah, itu solusi untukmu.
Masih dalam tafsir al-Qurtubi, dikisahkan bahwa Imam Hasan al-Basri didatangi oleh seorang laki-laki yang mengadu kepada beliau bahwa tanaman yang ada di kebunnya sudah banyak yang layu akibat terserang hama, ia datang meminta solusi pada sang Imam. Lalu Imam Hasan pun berkata, Istaghfirillah, ber-istighfarlah kamu kepada Allah, itu solusi untukmu.
Melihat Imam Hasan al-Basri selalu memberi jawaban yang sama padahal masalah yang ditanyakan berbeda-beda, akhirnya salah seorang muridnya bertanya, "wahai Tuan Guru, kenapa engkau memberikan jawaban yang sama persis, sementara persoalan mereka tidak sama?".
Imam Hasan al-Basri pun menjawab, "apa yang saya katakan sebagai jawaban untuk mereka bukanlah seenak saja saya menjawab, akan tetapi jawaban tersebut berdasarkan apa yang telah Allah ta'ala firmankan dalam QS. Nuh dari ayat 10 s.d. 12
Maka aku berkata (kepada mereka), Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu. (Qs. Nuh: 10-12)
Setiap masalah yang mereka keluhkan telah Allah ta'ala jawab dalam ayat tersebut, yaitu dengan beristighfar. Dengan Istighfar, akan Allah ta'ala turunkan hujan yang akan menghilangkan kemarau, juga akan menghilangkan kemiskinan dengan memperbanyak harta, juga menganugrahkan keturunan, serta menumbuhkan tanaman-tanaman dalam kebun-kebun yang mereka miliki.
Ayat-ayat tersebut menunjukkan betapa besar pengaruh istighfar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam menghadapi cuaca panas yang ekstrem. Dengan beristighfar, Allah akan menurunkan hujan yang lebat, yang akan menghilangkan kekeringan dan menyejukkan cuaca.
Mengaitkan hal ini dengan situasi di Banda Aceh, memperbanyak istighfar dan bertaubat bisa menjadi langkah spiritual yang kuat untuk memohon kepada Allah agar menurunkan hujan dan menyejukkan kembali wilayah Aceh. Selain upaya fisik dan teknologi yang dilakukan untuk mengatasi panas, langkah spiritual ini juga penting untuk menambah keberkahan dan kemudahan dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Artikel ini juga telah tayang di website Serambi Indonesia
COMMENTS