Oleh: Saiful Hadi Bayangkan sejenak… Engkau sedang terusir dari negeri sendiri, dikejar pasukan kerajaan karena dianggap pembunuh. Tak ada...
Oleh: Saiful Hadi
Bayangkan sejenak…
Engkau sedang terusir dari negeri sendiri, dikejar pasukan kerajaan karena dianggap pembunuh. Tak ada uang, tak ada bekal, tak tahu arah tujuan selain satu keyakinan: bahwa Allah akan menolong.
Itulah kondisi Nabi Musa ‘alaihissalam ketika ia meninggalkan Mesir menuju Madyan. Ia bukan sedang dalam perjalanan wisata. Ia pelarian. Ia lapar. Lelah. Sendiri. Tanpa tujuan jelas. Tapi satu hal yang tak pernah padam: harapannya kepada Allah.
Di tengah gurun tandus, Musa menyaksikan dua wanita tengah menahan hewan ternak mereka, tak bisa mengambil air karena kerumunan para lelaki di depan sumur. Musa, dengan rasa tanggung jawab dan keberanian yang masih menyala, maju membantu tanpa diminta. Ia bukan menunggu imbalan. Ia hanya ingin menebar kebaikan, meski dirinya sendiri sedang sekarat dalam kebutuhan.
Dan di balik tindakan kecil yang tampak biasa itu, terbukalah pintu takdir yang luar biasa.
Setelah menolong, ia berlindung di bawah pohon dan hanya mampu mengangkat tangan ke langit, mengucapkan doa penuh kerendahan:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashash: 24)
Ia tak meminta detail. Tak menyebut angka. Tak bernegosiasi. Hanya tunduk total, mengakui bahwa dirinya sangat butuh akan kebaikan dari Sang Pemilik Segala.
Dan bagaimana Allah menjawab doa itu?
Apakah dengan menjatuhkan makanan dari langit?
Apakah dengan mengirim malaikat yang menyuapi?
Tidak.
Allah menjawab dengan cara yang lebih besar dari sekadar sesuap nasi. Allah mengutus salah satu wanita yang ditolongnya untuk mengundangnya ke rumah. Di sana, ia bertemu seorang nabi—Nabi Syuaib ‘alaihissalam—yang penuh hikmah dan welas asih.
Dari pertemuan itu, Musa bukan hanya mendapat makanan, tetapi juga pekerjaan, tempat tinggal, bahkan istri dari keturunan seorang nabi. Sebuah hidup baru yang tak pernah ia bayangkan.
Itulah Jalur Langit
Ia tidak selalu datang cepat. Tidak selalu sesuai ekspektasi kita. Tapi ia selalu tepat, selalu lebih baik, dan selalu penuh kejutan manis bagi mereka yang bertahan dalam sabar dan yakin.
- [accordion]
- Dukung Kami
- Ummi Shalehah berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi
COMMENTS