Oleh: Saiful Hadi Hidup ini penuh dengan dinamika—sedih dan senang, susah dan bahagia, takut dan berani silih berganti mewarnai perjalanan...
Oleh: Saiful Hadi
Hidup ini penuh dengan dinamika—sedih dan senang, susah dan bahagia, takut dan berani silih berganti mewarnai perjalanan manusia. Tidak ada seorang pun yang terlepas dari ujian, karena itulah sunnatullah yang telah ditetapkan. Namun, ada satu hal istimewa yang hanya dimiliki oleh seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya." (HR. Muslim, no. 2999).
Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa keajaiban seorang mukmin terletak pada kemampuannya untuk selalu berada dalam kebaikan. Ketika ia mendapatkan nikmat, ia bersyukur, dan itu dicatat sebagai kebaikan. Ketika ditimpa musibah, ia bersabar, dan itu pun kebaikan baginya. Dengan demikian, selama seorang hamba masih dalam koridor syariat, ia akan selalu berada dalam keadaan baik, baik dalam nikmat maupun dalam ujian.
Allah Ta'ala pun telah mengingatkan bahwa ujian adalah bagian dari kehidupan:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155).
Syaikh Wahbah Azzuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa sabar itu ada tiga jenis:
- Sabar dalam menjauhi maksiat, karena godaan untuk melanggar perintah Allah selalu ada.
- Sabar dalam menjalankan ketaatan, karena melaksanakan ibadah sering kali membutuhkan pengorbanan.
- Sabar dalam menghadapi musibah, karena ujian adalah cara Allah menghapus dosa dan meningkatkan derajat seorang hamba.
Saat seseorang mampu bersabar dan bersyukur, maka Allah akan memberinya ketenangan hati. Ia tidak akan terlalu larut dalam kesedihan saat diuji dan tidak akan lalai saat mendapatkan kebahagiaan.
Mengubah Derita Menjadi Bahagia
Derita dan bahagia datang silih berganti, namun keduanya memiliki satu kesamaan: keduanya adalah ujian. Saat menderita, seorang mukmin bersabar karena tahu ada pahala besar yang menanti. Saat bahagia, ia bersyukur dan tetap waspada agar tidak tergelincir dalam maksiat.
Ibarat puasa yang terasa berat di siang hari, namun menjadi nikmat saat berbuka, demikian pula kehidupan ini. Ketika seseorang mampu bersabar, maka kebahagiaan akan terasa lebih bermakna. Nabi Musa ‘alaihis salam pun berdoa selama 40 tahun agar Firaun dihancurkan, dan Allah mengabulkannya pada waktu yang paling tepat. Ini menunjukkan bahwa setiap ketetapan Allah sudah ada dalam ilmu-Nya yang sempurna.
Maka, berbaik sangkalah kepada Allah. Sebab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku.” Jika kita meyakini bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, maka itulah yang akan kita dapatkan. Dengan sabar dan syukur, seorang mukmin akan selalu berada dalam kebaikan, baik dalam suka maupun duka.
- [accordion]
- Dukung Kami
- Ummi Shalehah berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi
COMMENTS