Di tengah kejayaan kekhalifahan Abbasiyah, tatkala Harun Ar-Rasyid memegang tampuk pemerintahan, beliau mengadakan sebuah majlis terbuka, ...
Di tengah kejayaan kekhalifahan Abbasiyah, tatkala Harun Ar-Rasyid memegang tampuk pemerintahan, beliau mengadakan sebuah majlis terbuka, yaitu sebuah sidang umum yang dihadiri para bangsawan, penasihat, dan rakyat biasa. Suasana majlis begitu megah, penuh wibawa. Di situlah tiba-tiba muncul sosok yang dikenal oleh orang banyak sebagai Bahlul Al-Majnun, si “gila” yang kalamnya justru penuh hikmah.
Dengan langkah tenang namun mata yang tajam menembus kalbu, Bahlul berdiri dan berseru lantang:
"Wahai Amirul Mukminin! Waspadalah terhadap teman yang jahat. Bersahabatlah dengan orang-orang saleh yang akan mengingatkan Tuan saat lalai dengan akhlaknya yang mulia, dan membangkitkan kesadaran Tuan hanya dengan kehadirannya. Mereka lebih bermanfaat daripada orang-orang yang hanya memperbanyak puasa, salat, membaca Al-Qur'an, atau haji sunnah. Sebab jika seseorang menasihati sultan dengan bisikan buruk dan itu dilaksanakan, maka kerusakan akan meluas di muka bumi."
Lalu Bahlul melanjutkan dengan mengutip sabda Rasulullah ï·º:
“Sesungguhnya seorang hamba bisa dijebloskan ke dalam neraka selama tujuh puluh tahun hanya karena satu perkataan sia-sia yang ia ucapkan.”
Tak hanya itu, Bahlul juga mengingatkan Khalifah dengan ayat Al-Qur’an yang agung:
“Dan apabila dikatakan kepadanya, 'Bertakwalah kepada Allah,' bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah neraka Jahannam sebagai balasan. Dan sungguh, neraka Jahannam adalah seburuk-buruk tempat tinggal.” (QS Al-Baqarah: 206)
Khalifah Harun, yang mendengarkan dengan khusyuk dan sorot mata yang mulai basah, berkata:
"Tambahkanlah nasihatmu, wahai Bahlul!"
Dengan suara bergetar namun tegas, Bahlul berkata:
"Wahai Amirul Mukminin, Allah telah menundukkan rakyat di bawah perintahmu bukan agar engkau mengumpulkan harta dan pasukan, melainkan agar engkau menuntun mereka menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Harta negara itu bukan untuk disimpan dalam istana, tetapi untuk anak-anak yatim, para janda, orang tua yang lemah, dan musafir yang terlantar."
"Kelak, pada hari Kiamat, Allah akan memanggil para raja dan pemimpin. Lalu Dia akan berkata:
‘Bukankah Aku telah memberikan kekuasaan kepadamu di bumi-Ku? Bukankah hamba-hamba-Ku Aku tundukkan untuk taat kepadamu? Itu semua bukan untuk mengumpulkan dunia, tetapi agar kamu menegakkan perintah-Ku, memuliakan wali-wali-Ku, menghinakan musuh-musuh-Ku, dan membela orang-orang yang tertindas.’"
Bahlul menatap mata sang khalifah, lalu berkata dengan nada yang menusuk kalbu:
"Wahai Harun, pikirkanlah... Apa yang akan Tuan jawab nanti? Saat Tuan berdiri di padang Mahsyar, tangan terbelenggu rantai yang menjerat leher, neraka Jahannam di hadapan Tuan, dan para malaikat Zabaniyah mengelilingi Tuan, menunggu perintah dari Allah untuk menuntaskan hisab Tuan..."
Suasana sidang pun berubah. Tangis Khalifah Harun Ar-Rasyid pecah, mengguncang setiap hati yang hadir. Isakannya terdengar lirih, penuh penyesalan dan kesadaran yang dalam. Namun sebagian orang mencibir dan berkata kepada Bahlul:
“Engkau telah merusak majlis ini!”
Namun Harun segera menyela, dengan suara tegas dan mata yang masih basah:
"Celaka kalian! Yang tertipu itu adalah mereka yang kalian rayu dan puji-puji. Sedangkan yang beruntung justru adalah yang mampu menjauh dari tipuan dunia seperti kalian!"
Setelah menyampaikan kebenaran, Bahlul pun beranjak pergi. Tak membawa apa-apa, kecuali jejak kata-kata yang mengguncang istana kekuasaan dan hati seorang khalifah.
Kisah ini dinukil dari Majalisus Saniyah, yang merupakan salah satu Syarah Kitab Matan Arbain Nawawi. Bahlul bukan sekadar orang “gila” seperti label yang diberikan masyarakat. Ia adalah cermin kebijaksanaan yang dibungkus kesederhanaan. Pesannya relevan untuk siapa pun yang hari ini memegang amanah: bahwa kekuasaan bukanlah tempat membangun kemegahan pribadi, melainkan ladang untuk menegakkan keadilan Ilahi.
- [accordion]
- Dukung Kami
- Ummi Shalehah berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi
COMMENTS