Hijrah Rasulullah ï·º dari Makkah menuju Madinah bukanlah sekadar perpindahan fisik, melainkan titik balik sejarah peradaban. Saat itu, beli...
Hijrah Rasulullah ï·º dari Makkah menuju Madinah bukanlah sekadar perpindahan fisik, melainkan titik balik sejarah peradaban. Saat itu, beliau bukan hanya buronan Quraisy, tetapi juga simbol harapan umat Islam yang baru lahir. Quraisy yang murka bahkan menebar sayembara: siapa pun yang berhasil menangkap Muhammad, hidup atau mati, akan diberi 100 ekor unta.
Seratus unta! Jika dikalkulasi dengan harga masa kini, katakanlah Rp35 juta per ekor maka jumlahnya setara Rp3,5 miliar. Sebuah iming-iming yang tak mungkin dilewatkan oleh seorang pemburu peluang seperti Suraqah bin Malik bin Ju’syam.
Berbekal kepiawaiannya melacak jejak, Suraqah berangkat sendirian mengejar Nabi. Ia sudah membayangkan genggaman tali unta hadiah di tangannya. Namun takdir berkata lain. Setiap kali ia mendekat, kaki kudanya terperosok ke pasir, membuatnya tersungkur. Berkali-kali ia mencoba, berkali-kali pula gagal. Ada kekuatan gaib yang menahan langkahnya.
Ketika akhirnya ia berhadapan langsung dengan Rasulullah ï·º, Suraqah yang awalnya buas justru luluh. Ia memohon keselamatan. Dan di sinilah letak keajaiban kisah ini.
Janji Nabi yang Menggetarkan
Alih-alih menakut-nakuti, Rasulullah ï·º justru menawarkan sesuatu yang tak masuk akal:
“Bagaimana pendapatmu, wahai Suraqah, jika suatu hari engkau mengenakan gelang-gelang Kisra (raja Persia)?”
Bagi akal sehat, tawaran itu terdengar mustahil. Bagaimana mungkin seorang yang kini terjepit, buronan yang bahkan nyaris tak lolos dari kejaran Quraisy, bisa menjanjikan harta dari imperium Persia yang gagah perkasa?
Namun di situlah kelihaian Rasulullah ï·º terbukti. Beliau membaca watak Suraqah: seorang oportunis, seorang pencari untung. Maka ditawari bukan hanya 100 unta, tapi sesuatu yang nilainya ratusan kali lipat: gelang emas Kaisar Persia, Kisra.
Lebih dari sekadar materi, Rasulullah menjanjikan sejarah. Sebuah kejayaan yang kelak akan dikenang tujuh turunan.
Dan Suraqah percaya. Kenapa? Karena janji itu keluar dari mulut Muhammad Al-Amin – manusia yang sejak muda terkenal tak pernah berdusta. Bahkan musuh-musuhnya pun menitipkan harta kepadanya, yakin takkan diselewengkan.
Jika Muhammad yang berkata, siapa yang berani menuduhnya dusta?
Kaum Arab Makkah, baik yang beriman maupun yang masih musyrik, sepakat menyematkan satu gelar istimewa kepada Muhammad ﷺ: Al-Amîn, orang yang paling terpercaya. Gelar ini bukan datang dari propaganda, tetapi lahir dari rekam jejak hidup yang bersih, jujur, dan amanah.
Bahkan ketika beliau sedang diusir dari Makkah, di saat para pembesar Quraisy bersekongkol untuk membunuhnya, di rumah beliau masih tersimpan titipan harta orang-orang yang justru memusuhinya. Beliau tidak membawa lari harta itu, melainkan menitipkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk dikembalikan kepada para pemiliknya.
Inilah Muhammad ï·º: diusir, diperangi, namun tetap menjaga amanah musuhnya.
Maka, tidaklah mengherankan jika Suraqah yang saat itu belum beriman pun percaya pada janji Rasulullah. Ia tahu, Muhammad bukan tipe manusia yang berbicara dusta. Kalau beliau berkata, “Engkau akan memakai gelang Kisra,” maka janji itu pasti benar. Dan sejarah pun membuktikan, janji itu akhirnya terwujud.
Suraqah Berbalik Arah
Maka pulanglah Suraqah, bukan sebagai pemburu, melainkan sebagai penyelamat. Ia pura-pura tidak pernah bertemu Nabi, bahkan mengecoh orang lain agar tidak menemukan jejak beliau. Rasulullah dan Abu Bakar pun selamat dari bahaya besar.
Kejadian ini adalah bukti nyata firman Allah dalam QS At-Taubah: 40:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Allah menurunkan ketenangan, bukan hanya kepada Abu Bakar di gua Tsur, tetapi juga kepada seorang pengejar yang hatinya dilunakkan hingga berbalik menjadi pelindung.
Janji yang Menjadi Nyata
Tahun-tahun berlalu. Rasulullah ï·º wafat. Islam kian kuat. Di masa Khalifah Umar bin Khattab, pasukan Muslim menaklukkan Persia. Istana Putih Kisra runtuh. Gelang emas Kaisar Persia dibawa ke Madinah.
Umar memanggil Suraqah. Kini ia telah menjadi Muslim, bahkan ikut berjuang di Perang Al-Qadisiyah. Dengan penuh haru, gelang emas Kisra disematkan ke tangannya.
Janji Rasulullah di tengah padang pasir, saat maut mengintai, kini mewujud nyata di hadapan mata.
Penutup
Kisah Suraqah bukan sekadar catatan sejarah. Ia adalah bukti bahwa iman melahirkan keyakinan di luar logika manusia. Dari seorang pengejar upah dunia, Suraqah berubah menjadi saksi sejarah kejayaan Islam.
Dan hari ini, ketika kita merasa terjepit oleh keadaan, terhimpit oleh kesulitan, kisah ini berbisik lembut:
Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.
- [accordion]
- Dukung Kami
- Ummi Shalehah berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi

COMMENTS