Oleh: Saiful Hadi Memilih pasangan hidup, bagi banyak anak muda, sering terasa seperti meniti jalan yang penuh tanda tanya. Ada yang terla...
Oleh: Saiful Hadi
Memilih pasangan hidup, bagi banyak anak muda, sering terasa seperti meniti jalan yang penuh tanda tanya. Ada yang terlalu banyak menimbang, ada yang tampak begitu hati-hati, bahkan ada yang seakan terlalu memilih-milih. Padahal, cinta kerap hadir tanpa aba-aba, datang dari arah yang tak disangka, lalu menjelma takdir. Kadang ia berawal dari bangku sekolah, dan berakhir di pelaminan, dari murid akhirnya jadi married.
Betapa sering kita temui kisah yang manis sekaligus mengejutkan. Ada yang telah jauh merantau, namun akhirnya hati berlabuh kembali di kampung halaman, pada tetangga sebelah rumah yang dulu tak pernah terpikirkan. Ada pula dua jiwa yang semasa sekolah tak pernah akur, kerap berselisih, namun pada akhirnya duduk berdampingan di singgasana cinta. Takdir, rupanya, punya cara tersendiri untuk menertawakan rencana manusia.
Kadang cinta hadir dari ruang-ruang yang sederhana, antara guru dan murid yang dulunya hanya berbagi ilmu, namun akhirnya berbagi hidup. Bahkan, ada cinta yang bersembunyi di balik tembok asrama, hanya menunggu hati yang lebih jeli untuk mengenalnya. Sungguh, sering kali jodoh tak berada jauh di ujung dunia, melainkan di lingkaran terdekat yang selama ini terabaikan.
Jodoh, sejatinya, adalah cermin. Allah menggambarkannya sebagai pakaian yang menjadi penutup, pelindung, sekaligus penghias diri. Seperti kita, begitulah jodoh kita, ia saling melengkapi dalam kekurangan, saling menguatkan dalam perjalanan. Sejarah pun menyimpan kisah yang indah. Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama besar ahli hadits dengan karya agung Fathul Bari, ternyata memiliki pasangan yang tak kalah mulia, Anas Khatun. Ia bukan sekadar pendamping, melainkan seorang alim yang memiliki halaqah ilmu, dihadiri ratusan murid. Betapa cinta sejati tak hanya menyatukan hati, tetapi juga menyatukan misi hidup.
Dan dari semua kisah itu, kita semakin percaya akan firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an: “Lelaki yang baik untuk wanita yang baik, dan wanita yang baik untuk lelaki yang baik.” Maka, tugas kita hanyalah terus memperbaiki diri, menyiapkan jiwa, dan menunggu waktu terbaik ketika takdir mengetuk pintu.
اللهم إن كنت صالحا فارزقني زوجة صالحة
وإن لم أكن صالحا فارزقني زوجة تصلحني
Ya Allah, jika aku baik, anugerahkanlah untukku pasangan yang baik. Dan jika aku belum cukup baik, berikanlah pasangan yang mampu membimbingku menjadi lebih baik.
- [accordion]
- Dukung Kami
- Ummi Shalehah berjalan atas kerja keras seluruh jejaring penulis dan editor. Jika kamu ingin agar kami bisa terus melahirkan catatan atau video yang mengedukasi publik dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil Alamin, silakan sisihkan sedikit donasi untuk kelangsungan website ini. Tranfer Donasi mu di sini:
Paypal: hadissoft@gmail.com | atau BSI 7122653484 an. Saiful Hadi
COMMENTS